Oleh: Ali Anwar Mhd
Gelaran pilkada telah selesai. Baik di Jawa Timur maupun di berbagai provinsi lainnya. Juga di tingkat kabupaten dan kota. Termasuk di kabupaten Nganjuk juga sudah selesai. Sekarang tinggal menunggu pelantikan. Rencana akan dilaksanakan 20 Februari 2025.
Melalui proses yang sangat panjang, semua tahapan sudah dilalui. Termasuk di kabupaten Nganjuk hingga berujung di Mahkamah Konstitusi (MK).
Pilkada di Nganjuk terdapat 3 pasang calon. Pasangan Muhibbin-Aushaf, Ita-Yuli, dan Marhaen-Handy.
Dari 3 pasang calon tersebut, berdasar hasil ketetapan KPU, akhirnya pasangan nomor 3 yang memenangkan kontestasi dalam gelaran pilkada Nganjuk tahun 2024, yaitu Marhaen Djumadi dan Trihandy Cahyo.
Dalam gelaran pilkada, ada pertarungan ruh politik, ruh ideologis, ruh elektoral, dan ruh material.
Ruh politik dan ruh ideologis adalah muatan dasar subtansi yang menjadi tujuan perjuangan dalam kontestasi pilkada.
Ruh elektoral adalah bagian ikhtiar untuk terus memberikan pengaruh kuat terhadap opini melalui berbagai alat/media terhadap masyarakat.
Ruh material, adalah ruh yang paling "dahsat", yaitu alat gempur "sakti" yang menjadi andalan untuk merubah suatu keadaan dalam memenangkan pertarungan di gelaran pilkada.
Ruh material ini semua orang sudah jamak mengetahui. Seperti semacam maklum itu terjadi. Walaupun itu sesungguhnya yang akan memberikan dampak luar biasa terhadap perjalanan pemimpin dan pemerintahan yang akan datang.
Pertanyaan yang sering muncul dibenak kita. Sampai kapan hal ini akan terus terjadi. Bagaimana cara menghentikannya. Dimulai dari mana. Apakah mungkin bisa dicegah dan dihilangkan. Atau hal demikian akan terus terjadi. Namun sebatas bertanya dalam dialog diri dan batin kita.
Pemilu sesungguhnya bukanlah sekedar pemilu yang tanpa makna/syarat. Sekedar memilih dan mencoblos salah satu calon yang tanpa mandat.
Dipemilu ada mandat suara yang dititipkan untuk menuju kebaikan dan sejahtera bersama selama 5 tahun kedepan
Pemilu adalah sarana untuk menampung aspirasi masyarakat dalam berpartisipasi untuk menentukan calon pemimpin masa depan.
Pemilu adalah sarana untuk membangun legitimasi pemimpin melalui proses pemilihan secara langsung sebagai penguat akar dalam negara yang menganut sistem demokrasi.
Pemilu adalah sarana untuk menuju pengelolaan pemerintah yang transparan dan akuntabel, sebab ada keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam prosesnya. Ada kolaborasi antara pemimpin dan rakyatnya.
Dalam gelaran pilkada kemarin, mayoritas pemenangnya adalah faktor ruh material. Mungkin tidak semuanya. Namun tetap ada, tentu sangat sedikit.
Apapun kondisi dan keadaannya, berdasar keputusan KPU, bahwa pemenang dalam pilkada Nganjuk adalah Pak Marhaen dan Pak Handy.
Maka semua warga Nganjuk harus mendukung atas hasil Pilkada yang sudah ditetapkan. Para calon kontestasi pilkada juga sudah menyatakan menerima hasil pilkada.
Pasangan Ita-Yuli, melalui Cawabupnya sudah menyatakan menerima dan mendukung bersamaan dengan penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati di KPU.
Pasangan Muhibbin-Aushaf, melalui Gus Ibin sebagaimana di muat di media kompas online tanggal 11 Februari 2025, juga sudah menyatakan menerima atas hasil Pilkada.
Artinya semua sudah menerima atas hasil yang ada. Tentu bagi orang yang beragama, hasil pemilu ini adalah hasil terbaik atas taqdir (qodho dan qodar) dari Allah SWT. Hasil atas kehendak-Nya yang sudah dicatat disana yang menjadi rahasia-Nya.
Semua sudah berikhtiar kuat dan keras dalam memenangkan pilkada. Calon, tim sukses, warga, dan semua yang terlibat telah berikhtiar baik jalur langit, darat, maupun laut. Dan itulah hasilnya. Pak Marhaen dan Pak Handy yang ditakdirkan terpilih menjadi pemimpin di Nganjuk.
Pilkada telah selesai. Saatnya bersatu dan bersama kembali untuk membangun Nganjuk yang lebih baik dan lebih maju.
Selamat kepada Pak Marhaen dan Pak Handy, atas terpilihnya sebagai Bupati dan Wakil Bupati untuk 5 tahun kedepan. Semoga amanah dalam mengemban tugas yang dititipkan kepada panjenengan berdua.
0 Komentar